Potret Perempuan Perkasa di Kaki Gunung Papandayan

Di pagi buta, perempuan itu mematut bibirnya di depan sebuah cermin kecil. Dalam sekejap bibirnya pun merah oleh olesan lipstik. Tak lupa kaus kaki panjang yang mirip stocking menutupi kedua kaki dan tangannya serta tak lupa melilitkan syal di lehernya.

 Perempuan Perkasa di Kaki Gunung Papandayan

Perempuan itu dan hampir seluruh perempuan dewasa di kawasan perkebunan teh Pangalengan, Bandung, Jawa Barat keluar rumah menembus kabut pagi.

Perempuan pemetik teh di Kaki Gunung Papandayan

Bibir merah, stocking, dan syal mereka bukan untuk memikat, tapi pelindung hawa dingin, karena mereka hingga tengah hari akan naik turun bukit, meliak-liuk di sela-sela pohon teh dengan keranjang membubung tinggi di punggung.

perempuan memetik pucuk daun teh

Hampir setiap hari para perempuan dengan beban 20 kilo itu harus turun naik bukit perkebunan teh menembus kabut dingin di kaki Gunung Papandayan dan Malabar, untuk memetik tunas teh.

perempuan perkasa memetik teh

Sementara di rumah pun mereka masih disibukkan dengan tanggung jawab sebagai seorang istri dan ibu anak-anak, sungguh hanya perempuan perkasalah yang bisa melakukan keduanya.


Perempuan Pemetik teh di Kaki Gunung  - Potret Kehidupan

0 komentar:

Posting Komentar

Semua komentar dimoderasi. Maaf jika komentar tidak ditampilkan atau dibalas.